Devide et Impera






Saya saat ini bekerja di instansi pemerintahan sudah 5 tahun, 9 tahun yang lalu pernah bekerja di perusahaan swasta. Budayanya memang berbeda. Dulu waktu saya bekerja sebagai buruh pabrik, merasakan kebersamaan sesama bawahan untuk melawan atasan, hmmm kalau dibilang melawan mungkin ketinggian, lebih tepatnya menyamai kekuatan atasan.

Misal salah satu divisi melakukan kesalahan saat produksi, maka antar divisi akan mencari solusi agar tidak ketahuan atasan, dan mencari cara bagaimana kita "aman" secara bersama-sama. Bukannya malah melaporkan agar dibilang pahlawan perusahaan karena bisa meminimalisir kerugian perusahaan.

Namun, di instansi pemerintah sepertinya susah mendapatkan sekutu antar bawahan, yang ada malah sesama bawahan saling menjilat atasan, saling mencari muka. Bukan omongan belaka saya menulis seperti ini, karena beberapa hari lalu saya merasakan sendiri bagaimana kejadian tersebut memang terjadi.

Jadi begini ceritanya.

Kami sebagai bawahan mempunyai WA grup tanpa atasan sebut saja Pak L, tujuan dari awal membuat grup ini agar guyon-guyon dan rasan-rasan para bawahan bisa plong dan tanpa sungkan. Dengan asumsi jika kami ngomong di grup ini maka tidak akan diketahui oleh pak L, itu yang dilakukan oleh teman saya Sebut saja B, merasa aman dan bebas ngomong di grup maka ia mengutarakan pendapatnya tentang pak L. 

Kalau dirasa kasar ya memang kasar omongannya tapi kan ini digrup jadi aman pikir saya, saya pantau saja sambil guyon menimpali omongan si B. Tidak lama kemudian teman saya yang lainnya juga ikut nimbrung, terjadilah obrolan seru saling lempar ejekan. Hal yang wajar bagi kami.

Esoknya dikantor, tiba-tiba salah satu teman kami mengabari bahwa pak L minta rapat koordinasi, hal yang wajar juga, karena memang kami sering rapat koordinasi.

Seperti biasa pak L  memulai dengan do'a, membahas kondisi kantor. Namun, saya tersontak saat pak L  menyebut nama si B. 

"kamu di grup kok ngomongnya gak enak?, saya gak ngawur seperti yang kamu bilang di grup, tindakan saya sudah terukur dan sudah saya pikir matang-matang, jadi maksud kamu ngomong gitu apa ?"

loh loh kok jadi gini pikir saya, bentar-bentar perasaan kemarin si B hanya nulis ini di grup yang tanpa pak L, tapi  kok bisa tahu ?, dengan keraguan saya membuka hp mengecek apakah kami ngerasani kemarin salah grup yang ada pak L nya ?. Enggak, si B tidak salah grup, benar kok grup yang tanpa pak L. 

Dengan gempuran pertanyaan yang menyudutkan, si B berusaha mengelak dan menjelaskan arti perkataannya, ya walaupun itu sepertinya hanya dianggap angin lalu sama pak L, pak L yang terlanjur marah dan semakin detail menjelaskan kata demi kata yang di omongkan si B, menguatkan bahwa pak L tahu percakapan kami bawahan.

Setelah rapat si B menggerutu ke saya.

"siapa ya mas yang bilang?"
"ya pasti ada diantara kita bawahan yang membocorkan, bahkan kalau ini bukan bocor lagi, melainkan jebol"
"ya jelas mas, wong bisa tahu sedetail itu"

Saya menerka-nerka siapa dalang dibalik kejebolan ini, namun saya juga bingung.
dari kejadian tersebut saya yakin bahwa ada bawahan yang mencari muka, menjilat pak L agar dipandang yang terbaik, tapi tidak sadar mengorbankan si B. Teman macam apa seperti itu.

Yang saya sesalkan bagaimana teganya, kami bawahan yang banyak saja seringkali di injak-injak oleh atasan bagaimana jika kami sebagai bawahan tercerai berai, mungkin atasan tidak akan menginjak-injak melainkan mencincang kami.

dari kasus diatas saya bisa tahu perbedaan jelas kedua instansi, disini saling sikut. Mengadu domba agar mendapat citra yang baik dimata atasan.

Mungkin sejak kemarin itu mulai sekarang kami akan lebih berhati-hati dalam berucap meskipun dengan teman yang kami anggap dekat. 

Waspadalah Waspadalah Devide et impera itu nyata.

 

Comments

  1. ngeri juga ya mas, persaingan untuk mendapatkan perhatian atasan

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahaha...namanya juga penjilat mas ya gitu heheheh

      Delete

Post a Comment