Diajak Kenalan Cowok

reinhard pembunuh
Ilustrasi


Beberapa waktu yang lalu saya ada pertemuan antar Desa di salah satu hotel di malang, ya seperti biasanya absensi menyerahkan Surat Perintah Tugas, check in, masuk kamar, mandi, kemudian berkegiatan sesuai Rundown Acara.

Bangunan hotelnya terasa agak sedikit seram dikarenakan bentuknya kayak jaman belanda, jadul, walaupun letaknya ditengah-tengah kota malang. 

Ada beberapa acara yang harus saya lalui selama di hotel tersebut, mulai dari makan, mengikuti acara utama berkumpul di hallroom dan olahraga pagi.

Karena mau rapat dengan para ahli sejawa timur, maka saya potong rambut cepak klemis dan memotong kumis saya yang sudah melegenda.

Sewaktu makan di restoran ada yang aneh, disudut ruangan seseorang melihat saya dengan pandangan tajam, seperti layaknya seorang cowok yang sedang memburu mangsa cewek. Tapi kenapa saya yang harus jadi targetnya ?? saya kan cowok cuk. 

Saya mencoba berpikir positif, ah mungkin dia ingat saya seperti anaknya yang sedang dirumah. Ya dia memang seumuran bapak saya, tapi terlihat potongan rambutnya necis seperti anak muda jaman sekarang.

Lalu saat acara utama di hallroom kebetulan saya dan dia satu kelompok, Semakin lama saya semakin takut, karena saya lihat bibir dia kalau berbicara melenggok-lenggok seperti ombak pantai selatan. Apalagi pandangan dia selalu tertuju pada saya. Pada akhir acara ketakutan saya semakin menjadi-jadi karena dia meminta no Hp saya.

Dalam hati saya misuh-misuh "cuk-cuk kenapa yang minta nomor Hp bukan cewek, malah laki-laki"

Karena saya menghormati dia yang lebih senior dalam hal pekerjaan maka saya kasih nomor saya.

Tak sampai disitu, pagi harinya dihari terakhir di hotel tersebut saya memutuskan untuk olahraga di alun-alun Malang karena kebetulan tempatnya tidak jauh dari hotel saya menginap. Bodohnya saya pake celana pendek, padahal kalau di Sidoarjo selalu pakai celana panjang. 

Mata dia semakin liar melihat saya. Saya yang tidak pernah dilihat seperti itu mencoba segera balik ke hotel dan berdiam diri dikamar,dan mengajak rekan saya untuk segera checkout.

"sudahlah ayo checkout nanti biar sampai Sidoarjo siangan"
"loh, katamu balik jam 12 cuk"
"wes ta"

Dengan terheran-heran rekan saya dari satu desa mengiyakan ajakan saya, kemudian saat dimobil saya bercerita bagaimana kejadian-kejadian yang saya rasakan beberapa hari di hotel, dia tertawa terbahak-bahak. "oalah cuk-cuk, gak nyantol wedok malah seng nyantol lanangan maho, hahahahha. Nasibmu tep tep".

Sesampainya dirumah saya lega karena cerita horor saya berakhir

Tapi, ada pesan di whatsaap saya dari nomor asing "sudah sampai dirumah?" lalu disusul dengan pesan bergambar foto dia dengan pose genit.

"Uasu wong iki maho temen cok" dengan kecepatan cahaya saya blokir nomor tersebut.

Sejak saat itu saya tidak mau potong kumis dan potong rambut dengan gaya klemis.


Comments