yang ku nanti





Akhirnya momen itu hadir juga, momen yang lama saya nanti.

Sudah lama saya menanti berboncengan degan si dia, yap tidak muluk-muluk berboncengan, entah setiap saya modus selalu gagal hahaha, ada saja halangannya.

Tapi tidak kemarin.

Kemarin saya, ia, dan satu teman saya takziah ke salah satu teman. Awalnya ya biasa saja, seperti takziah pada umumnya. Menjadi tidak biasa bagi saya ketika kami pulang, entah karena teman saya yang satu  ini tahu bahwa saya ada rasa pada si doi ini atau memang males nganterin si doi karena arah pulangnya berbeda. Teman saya menyuruh si doi untuk nebeng saya, karena si doi berangkatnya nebeng sama temen saya.

Saya dengan malu-malu tapi mau tentu saja mengiyakan. Sambil senyum-senyum saya menerima dengan ikhlas si doi naik ke motor saya. Tiap hari juga saya bersedia.

Selama perjalanan kami mengobrol, tapi cuman sebentar karena cuman beberapa ratus meter. Ah sial rasanya ingin mengelilingi kota kalau gini, karena ngobrol sambil naik motor adalah kenikmatan sendiri, apalagi sambil mencuri-curi pandang lewat kaca spion. Sempurna. 

Ya tetap di syukuri saja karena dengan ini, penantian saya yang lumayan lama untuk membonceng si dia akhirnya tercapai juga, dan yang paling penting saya sekarang tahu rumahnya. hahahaha.

terimakasih teman saya yang sudah melancarkan dengan menyuruh dia nebeng saya. 




Comments

  1. Incredible points. Solid arguments. Keep up the good spirit.

    ReplyDelete

Post a Comment