Gunung Penanggungan via Jolotundo






Kepala mulai sering migrain dan asam lambung naik, itu tandanya tubuh saya penat dengan kegiatan sehari-hari saya yang didepan komputer. Ndak banyak omong saya mengajak teman saya untuk naik gunung, awalnya  dia mengajak ke ranu kumbolo. Tapi berhubung saya merasa ndak kuat karena ndak pernah olahraga akhirnya diputuskan untuk ke Penanggugan. 

Ada beberapa aspek yang dipertimbangkan, yaitu jarak tempuh jolotundo dari rumah tergolong dekat sekitar satu jam setengah. Lalu disana nggak pake bawa carrir alias tektok satu hari bisa naik langsung turun. Maklum men, udah tua males bawa yang berat-berat dan ribet hahahahha. Penanggungan via Jolotundo juga sepanjang jalurnya melewati beberapa candi, jadi naik gunung sambil mempelajari sejarah.

Kami berangkat berdua, karena teman-teman yang lain pada sibuk. Berbekal GPS sekitar jam 09.00 kami sampai di jolotundo, mungkin karena hari libur jadi di sana sepi. Kami pun langsung naik, busyet belum melangkah 50 meter udah kerasa nih badan remuk redam ditambah lagi cuacanya lagi panas. 

Melangkah sedikit sudah istirahat dan minum, gini ya kalau orang ndak pernah olahraga tiba-tiba naik gunung, berat men. Belum setengah perjalanan perut sudah keroncongan, dengan terpaksa kami memakan bekal nasi bungkus yang kami beli seharga 3500an yang sangat terkenal di daerah sidoarjo, asem ternyata ndak ada ikannya pantes saja murah. Cuman kelihatan nasi doang segenggam, ndak dimakan itu lapar kalau dimakan itu kok ya ndak ikhlas hahahaha.

Meskipun makan ndak ikhlas tapi karena lapar ya habis juga.

setelah perut terisi, kami berdua melanjutkan perjalanan, kami menjumpai beberapa candi. Ada candi bayi, candi putri, candi pelataran, dan candi lupa namanya hehehe.

Enaknya mendaki cuman berdua itu gak ribet, soalnya cuman 2 kepala doang yang berpikir, coba kalau rame-rame pasti ribet ini dan itu, tapi gak enaknya itu jadi jarang istirahat soalnya ndak ada yang minta berhenti hahahahha.

Kesimpulannya mendaki berdua itu capek.

Setelah beberapa kali melewati candi-candi yang mengingatkan akan sejarah masa silam, kami berada di sebuah tempat peristirahatan yang cukup nyaman Dari kejauhan ada suara ayam berkokok, tapi semakin lama semakin sayup-sayup terdengar. Kami mengira itu ayam jadi-jadian hahahaha.

langit semakin gelap, matahari mulai menenggelamkan sinarnya, dan kami baru ingat bahwa tidak membawa senter, kampret. Ya mau bagaimana lagi han.do, tempat awal pendakian. Tepat setelah maghrib.

Baik hari ini saya tidak dapat sampai puncak, mungkin lain kali saya akan melanjutkan ekspedisi asal-asalan ini hehehehehe.





Comments