NDAK LUPA BAWA NYALI
Dengan di iringi alunan musik slow Lupa Bawa Nyalinya – the fines tree saya menulis ini.
Sumpah deg-deg annya gak karuan gaes, saat saya memutuskan untuk “ngapel” kerumah nya pertama kali. Bagaimana tidak deg-deg an wong bapaknya yang notabennya TNI. TNI kan terkenal lugas, tegas dan terpercaya, lah sedangkan saya... ndak lugas, ndak tegas dan malahan trengginas cenderung ganas. Hahahhaha.
Dengan modal nekat pun saya berangkat, sesekali di perjalanan saya batuk-batuk kecil, bukan karena sakit atau biar dibilang cool, tapi karena saking groginya. Pikiran aneh-aneh pun merasuki jiwa ringkih saya, andai tiba-tiba saya disuruh push up 300 kali sama pak penjaga kompleks gimana ya ? terus andai di kompleksnya ada polisi tidur apa saya harus melindasnya atau permisi dulu ya ? terus jika ada portal melintang apa saya harus menunduk, melompat atau putar balik ya?. Fikiran-fikiran absurd itu sepanjang perjalanan menemani saya.
Dan cerita pun berlanjut saat saya lupa gapura masuk gang rumahnya, kan kampret, pacar macam apa yang lupa rumah pacarnya. Sebagai pria flamboyan saya ndak awesome blas.
Gang demi gang saya masuki, tapi kok berbeda ya dari kemarin yang saya lewatin waktu ngantar dia pulang. Ada yang gangnya gelap gulita kayak hati penjahat, ada yang gangnya sepi kayak hati jomblo, dan ada yang rame serame hati saya saat ini karena hadirmu, yang kalimat terakhir itu datangnya dari hati.
Mau tanya ke dia itu saya merasa gengsi karena masa satu kota sajah saya kesasar, dimana harga diri seorang pria se tampan saya. Akhirnya pun mau nggak mau harus melewati gang demi gang. Jadi inget peribahasa, untuk menemukan gang yang benar harus bertemu dulu dengan gang yang salah.
Yang benar itu orang tip, bukan gang.
Setelah sepersekian menit, akhirnya ketemu juga gang yang benar, tapi masalah pun muncul lagi, hujan. Yap hujan men, dan hujannya pun gak pake gerimis, langsung deras dan ndak memungkinkan untuk meneruskan perjalanan. Sungguh barokahnya luar biasa.
Saya celingak-celinguk berteduh di tempat sepi sendirian, bukan takut apa-apa, cuman takut kalau ada mamud atau janda cantik lewat, kan bawaannya pengen nggandeng, hahahaha (bercanda).
Padahal jarak antara saya berteduh dari rumah dia cuman 200 ratusan meter, tapi hujannya ndak memberi kesempatan bluas untuk ngegas motor saya ke rumah dia dengan keadaan kering, ya minimal memberi kesempatan makai jas hujan dan meneruskan perjalanan saya lah. Saya sempat berpikir “wong yo kate apel pertama onok ae halangan dan rintangan yang menghadang”.
Belum mikir deg-deg an luar biasa nanti bertemu sama bapak dan ibunya ngomong apa, sekarang sudah mikir lagi bagaimana caranya untuk tetap kering sampai di rumah dia. Waktu beranjak semakin malam, dan itu menandakan waktu ketemu saya pun akan semakin pendek. Duh padahal kangennya banyak.
Saya pun nekat ambil jas hujan, biar lah basah sedikit asal jangan asal basah banyak huehuehue. Dan dengan sedikit perjuangan, akhirnya nyampe rumahnya juga. Untung sajah saya ingat warna mobilnya, kalau ndak ada mobilnya pasti saya juga salah rumah, lah wong rumah di kompleks itu sama semua model dan warnanya hahahahha. Terima kasih mobil.
Saya pun melepas jas hujan dengan penuh canggung, deg-degan ndak karuan, mau pulang lagi itu sudah tanggung di depan rumahnya. Dan akhirnya bidadaripun muncul dari balik pintu sambil senyum-senyum, cantik banget dia malam ini. Tuhan memang maha Asyik, habis kehujanan di kasih visualisasi keindahan yang hakikih.
Saya sempet tertegun melamun sampai dia memanggil berulang kali untuk masuk kerumah,
“ayo sini masuk”
Saya masih melamun
“ayo sini masuk”
Saya tetep melamun
“ayo kok sini masuk” dengan nada agak kencang
Saya ngompol
Hahaha nggak, bercanda.
Di panggilan ketiga, Saya baru tersadar dari lamunan. Lalu masuk.
Pandangan saya pun tak henti-henti tertujuh pada dia, saat ngobrol sempat beberapa kali saya ndak fokus dengan apa yang dia bicarakan, terlalu fokus pada senyumnya, pada elok matanya menyipit saat tertawa, pada bibirnya saat berbicara, semuanya. Kan sayang ada keindahan seperti ini di lewatkan begitu sajah. Hahahha. Kalau boleh di bawa pulang sudah saya bawa pulang ini anak, saking gemesnya dan kangennya.
Dan masalah mulai muncul lagi, setelah ngobrol sana sini, ketawa-ketiwi waktu sudah menunjukkan pukul 21.30. Dan dia beberapa kali melihat jam dinding, saya menangkapnya itu sebagai kode “hei tampan, lihat jam itu loh, sudah malam cepet pulang gih” hahahaha.
Saya juga takut kok di getok penjaga kompleks kalau kemaleman.
Ya mau tidak mau kita sudahi sampai sini, walau rasa kangen ini masih tersisa banyak, setidaknya berjumpa seperti ini, bertatap muka akan membuat rasa kangen saya sedikit terobati. saya pun pulang dan berpamitan dengan bapak dan ibunya. Ternyata ndak seseram yang seperti saya bayangkan sebelumnya acara ngapel pertama saya. Semoga saya ndak canggung-canggung amat di mata mereka ya gaes. Huehuehue.
Dan yang paling penting ternyata saya NDAK LUPA BAWA NYALI.
Salam pesona
–LA–
Cieee apel ke rumah pacar ciee haha, untuk pertama kalinya pisan. keren banget nih mas Latip. Itu pacarnya yang dibuat vector itu ta mas? btw kok yaa cantik banget haha.
ReplyDeleteTernyata ada aja halangannya ya, padahal sudah grogi nggak karuan, eh ditambah hujan kayak gitu, pasti kampret banget. Tapi demi bertemu sang pujaan hati ya semua pasti diterjang dengan suka hati, ya mas.
ngobrol sama pacar gitu emang nggak kerasa, tiba-tiba udah malam aja. eh tapi btw, itu sampean nggak sempat ngobrol sama orang tuanya? kok cuma pamitan aja sama orang tuanya?
Berani bener, mas ngapel malem-malem ke rumahnhya anak TNI. Kalau saya sih belom pernah ngapel, soalnya cewek aja gak punya. #Ngenes.
ReplyDeleteHmm, ngapel ke rumah pacar yang bapaknya biasa aja sudah deg-degan. Lah ini bapaknya TNI, salah sedikit bisa kena bedhil tuh. Kan serem.
ReplyDeleteBanyak juga halangan, tapi demi ketemu sang pacar pun apapun rela. Kalau perlu laut merah dibelah buat ketemu pun bisa, hehe..
Kamprett, bisa-bisa bang lupa alamat rumahnya. Wah, curiga aku ini baru pacaran. Hahhahhahaha.
ReplyDeleteCielah, aku kira ada dialog antara abang sama sih bapak atau ibunya -_- Jadi, gak asik nih. Padahal pengennya abang disuruh ngeringin air-air hujan itu *ini tidak mungkin. Hahahahha
Kalau bapaknya gak seserem TNInya, berarti itu kemungkinan besar. Si Bapak udah mulai menunjukkan kata setujunya.
Uhuk.. hihii.. selamat yaa.... kanu sudah melewati uji nyali yang pertama. Hehe.. iya jam 21 udah harus pulang... jaga kepercayaan orang tuanya. Itu artinya km menghargai waktu sekaligus menghargai orangtuanya.
ReplyDeleteJadi entar klo besok2 diajak keluar, orang tuanya gak was-was krna kamu ank yg tau waktu. Jam 21 sudah harua dipulangin hihi..
okey? Sukses! hahaa
Btw, ini sudah jadi mantan ding ya... :(
ReplyDeleteAda yang Ngapel pertama kali nihh ke rumah pacar haha. Tantangan terberatnya pasti ketemu orang tua nya hehe. Gue salut sih perjuangan elo yang datang dengan jas hujan. untung bukan jas Lab ya?
ReplyDeleteTuhan Maha Asyik. Keindahan setelah hujan gak harus dengan pelangi, senyum si dia udah lebih dari cukup :))
ReplyDeleteKalo ngapel sih aku kyknya belum. Tapi pernah nganterin ke rumahnya dan ketemu kedua orang tuanya. Itu masuk ngapel apa nggak ya? Hahah