Bersenggama dengan Gunung Penanggungan

Seminggu yang lalu, saya mencoba bersenggama dengan alam Indonesia, mendaki puncak gunung penanggungan. Awal yang susah bagi saya, dikarenakan saya tidak melakukan persiapan dengan baik dan benar. Wong teman-teman saya sudah persiapan lari-lari kecil sejak sebulan sebelumnya, bahkan ada yang sudah menjadi pendaki handal. Sedangkan saya ?, saya hanya tiduran dikamar sesekali mimpi miyabi. 

Membayangkan bagaimana jalur pendakian kepuncak, sudah cukup membuat saya ngos-ngosan. Apalagi dari selentingan kabar yang saya dengar, gunung penanggungan adalah miniatur gunung semeru. Itu loh gaes, gunung yang ada di pilm 5cm. Katanya, disamping treknya yang menanjak dan licin, disana juga susah air, berbeda dengan gunung-gunung lain yang airnya melimpah. Hal itu membuat saya membawa 3 botol besar air mineral, hanya buat minum dan masak. Beratnya jangan ditanyakan gaes.


Langkah kaki
Tidak akan ada langkah kedua jika tidak melakukan langkah pertama. Pepatah tersebut membuat saya semangat. Kira-kira jam 19.00, Saya dan rombongan melakukan pendakian. Kanan kiri semuanya gelap, hanya cahaya senter seuprit sebagai penerangan. Kalau dijadikan tempat pacaran, saya yakin akan banyak bayi yang tercipta.

Setelah 1 jam berjalan dijalur landai, gunung penanggungan menyajikan jalur menanjak. Sambil mengemut coklat, tak jarang saya menggunakan bantuan tangan sebagai tumpuhan. Saya berasa spiderman yang berjalan didinding, cuman kurang  Mary jane meluk dari depan gaes. hehehehehe.

Setelah perjalanan menanjak 3-4 jam, kami sampai di puncak bayangan. Puncak bayangan adalah puncak yang dibawah puncak sesungguhnya, disini tempat para pendaki mendirikan tenda dan masak, sebelum kepuncak gunung penanggungan sesungguhnya. Selain angin nggebes (gak tahu bahasa indonesianya), gunung penanggungan juga menyuguhi pemandangan indahnya lampu kota pandaan dan malang. Sayang kamera hape saya bukan DSLR, jadi tidak bisa mengabadikan momen tersebut.

Saat lagi enak-enaknya menikmati keindahan lampu kota, dinginnya udara menusuk-nusuk tulang, memperingatkan agar saya memakai jaket, padahal sewaktu mendaki rasanya panas loh gaes, sampai baju saya basah karena keringat. Saya sempet bingung dengan fenomena tersebut. Kata temen saya yang sudah mendaki beberapa gunung, memang begitulah keadaan normalnya. "Kalau sewaktu mendaki tapi kedinginan itu tandanya kamu lagi mendaki gunung kembar tip" begitu selorohnya, di ikuti dengan gelak tawa seluruh rombongan. Ada-ada saja.

Sambil lihat temen-temen dengan kesibukannya masing-masing, mendirikan tenda, memasak, dan marahan sama pacarnya lewat telpon. Saya berkhayal, andai di momen yang pas ini, saya duduk bersama orang yang pas (pacar), kemudian merancang masa depan didalam tenda, oh indahnya dunia gaes. Hehehehehe. Ada 2 momen yang bikin saya pengen punya pacar, yang pertama momen saat kondangan ke mantan, yang kedua momen udara sedang dingin seperti saat ini. (modusmu tip tip).

Maklumlah, naluri seorang lelaki gaes. Hahahahhahaha

Saat pagi tiba, semuanya di luar rencana. Yang awal rencananya pada shubuh kami berangkat kepuncak gunung, untuk melihat matahari terbit, ternyata kami kesiangan. Kami bangun sekitar jam 06.00, terlalu siang untuk menuju ke puncak. Disamping matahari sudah muncul, untuk mencapai puncak  juga harus menempuh waktu 1 jam-an. Waktu yang lama untuk jiwa yang lelah. Dan kata temen saya, agak siangan puncak gunung akan di kelilingi kabut. Jadi sia-sia jika kami memaksakan untuk mendaki ke puncak sekarang.

Kecewa sih kecewa gaes. Tapi mau gimana lagi, daripada lebih kecewa hayo kalau sudah jauh-jauh malah cuman lihat kabut. Untuk mengobati rasa kecewa, kamipun berfoto-foto disekitar tenda. berikut foto-foto yang berhasil saya abadikan.


tendanya banyak kan gaes

jangan lihat wajah saya
wajah model abaikan

Lalu temen saya mengajak foto disalah satu tempat yang menurutnya bagus. Kalau dihitung dari tenda, kira-kira membutuhkan waktu 20 menitan. Ada sebongkah batu besar menjulang, memang pas kalau dibuat spot narsis. apalagi buat mojok. hehehehe.

berikut foto-foto yang berhasil saya abadikan di spot narsis.


spot narsis

temen saya lagi manjat
Ternyata kata temen saya benar, sekitar jam 08.00 angin mulai bertiup kencang di ikuti kabut mengelilingi gunung penanggungan. Sumpah gaes, gunung kalau dikelilingi kabut itu menyeramkan. Yang tadi pemandangannya indah, sekejap ndak kelihatan apa-apa. Saya pernah baca koran, menurut beberapa orang, kabut jadi salah satu faktor pendaki tersesat atau hilang. Dikarenakan keparnoan saya, saya pun segera minta bergegas turun ke tenda. Saya belum nikah gaes.

Sesampai di tenda, menikmati hangatnya energen, mie instan, dan kopi adalah pilihan bijak saat di atas ribuan ketinggian permukaan laut. Kabut pun perlahan-lahan hilang, diganti dengan terik matahari. Satu persatu tenda di sekiling kami pun ikut hilang.

"ayo cepet berkemas, sebentar lagi jam 10.00 kita turun". seruh salah satu teman saya.

Menurut saya, lebih susah turunnya dibandingkan dengan naiknya. Saat turun, saya lebih ngos-ngosan. Saya pun ketinggalan jauh dengan rombongan, istirahatnya pun lebih sering dan lama. Untung saja teman saya baik-baik, mereka tetep menunggu kalau saya dirasa ketinggalan semakin jauh.

Saya sering menjatuhkan badan agar bisa turun, istilahnya ndelosoran. Alhasil celana saya kotor, gapapa lah kan kata rinso, berani kotor itu baik gaes.

Berbeda dengan teman saya yang gendut, di trek turun, dia sangat gesit dibandingkan saat naik kemarin. Kemarin dia yang jadi bahan tungguan. Sekarang ganti saya. Rombongan saya dan rombongan lain pun tak jarang jatuh terpleset, tentu di ikuti dengan gelak tawa.


saat istirahat perjalanan turun

kaki-kaki mungil saya



trek saat jalur landai


Jam 14.00 saya beserta rombongan akhirnya sampai di pos pendakian, gerbang masuk keluarnya pendaki. Oh ya, sebagai pendaki sudah kewajiban kita membawa turun sampah bekas kita kemping. Di pos pendakian disediain tempat sampahnya kok gaes. Jadi kalian kalau mau mendaki harus menjaga lingkungan ya. Kan sayang, kalau mendaki dilarang karena kita buang sampah sembarangan. Kalau bukan kita siapa lagi ?.
 
Kaki dan sekujur badan saya memang sakit semua, tapi saya ketagihan. "pedas-pedas cabe, pedasnya gak bikin kapok, mala bikin nambah lagi" kata salah satu temen saya. heueheuheuhue. 
 
Dan saya beserta teman-teman, sudah mengagendakan mendaki puncak-puncak gunung selanjutnya. 
 
Bersenggama dengan alam adalah obat mujarab untuk merefresh dari kegiatan monoton setiap hari. Entah itu kepantai, ke gunung ataupun hanya sekedar ke sawah. Percayalah, karena kita sesungguhnya diciptakan sebagai mahkluk alam, bukan mahkluk teknologi atau mahkluk pekerja. Jadi kapan kalian menganggendakan bersenggama dengan alam ?.


BYE BYE.



Comments

  1. ayo gan lagi gua ikutan jadi tertarik ni gua

    ReplyDelete
    Replies
    1. gua gua... :D wajah mu ga cocok om ngomong gua gua haahaha

      Delete
  2. BERSENGGEMA.... first think, gue kira lo lagi gituan sama gunung bang hahahaha

    gue nggak nyangka bang lo kuat naik gunung, padahal muka lo nggak meyakkinkan banget buat naik gunung. :))

    benar banget bang sayang kalo dak gunung tapi bikin gunung jadi kotor. ;))

    ReplyDelete
    Replies
    1. -____-.... moso wajah ndeso ngene gak cocok naik gunung.

      Delete
  3. banyak kok cewek2 dari rombongan lain....

    kalau pantai daerah bali sih enak hahahahhaaha.

    iyo pertama kali, naik gunung yang sebenarnya.

    ReplyDelete
  4. Nggak tau belakangan lagi pas bewe ke postingan yang nyeritain liburan sama alam. Aku kapan... Aku kapan...-___-

    Oh iya emang kalau mau naik gunung harus olahraga jauh-jauh hari ya Bang? Biar kuat pas naik gunungnya. Soalnya pernah denger juga cerita senior yang naik gunung nggak olahraga alhasil dia kecapean banget. Pegel-pegelnya lama katanya.

    Itu ngeliat di foto... Pemandangannya bagus-bagus banget ya Bang. Iya, pemandangannya doang. Kan kamu bilang abaikan modelnya. Huehehehe.

    Yah sayang banget nggak bisa ke puncak. Kenapa nggak nunggu sehari lagi? Kan kayaknya enak gitu nikmatin sunrise. Meskipun sama temen. Bukan... Ehm. Pacar :D

    ReplyDelete
  5. Jiah judulnya kontroversi banget pakek kata "bersenggama" -_-

    Keren dih bang latip mendaki gunung, cuman itu kok gak pakek sepatu ya? Emang gak kesusahan ya bang? :o

    Aku sependapat sama kak dwi, pemandangannya bagus banget, jadi kepingin juga buat mendaki. Ahh aku kapaaaan? -_- Kalo ada pendakian lagi, ajak-ajak dong bang :D

    ReplyDelete
  6. khaha judulnya sangar perlu diberi jempol, aku lumayan naik gunung tapi belum pernah ke penanggungan kayaknya asik apalagi sudah ada model yang memeragakan haha :D

    ReplyDelete
  7. emang asik banget ya Bang mendaki pegunungan gitu. saya belum pernah sama sekali gaes mendaki, jadi sebenernya iri kalo liat postingan yang isinya nyeritain pengalaman mendaki gunung atau backpacker ke tempat-tempat alam lainnya. maklum, saya anak rumahan gaes.

    mendaki gunung emang butuh tenaga ekstra dan harus pake persiapan, kalo ga pake persiapan yaa alhasil kecapean pas mendaki. *sok tau padahal belum pernah mendaki*

    ahh kapan yaa saya bisa bersenggama dengan alam, udah bosen soalnya tiap hari bersenggama dengan guling terus wkwk

    btw, iku seng mbok pake sal bonek ta Bang? warna ijo soale.

    ReplyDelete
  8. aku suka iri kalau baca tulisan org yang mendaki gunung, pengen juga tapi gimana, di riau gak ada gunung. Pasti seru banget, tapi sayang ya kesiangan gak jadi ke puncak benerannya, hhuuhh memang alam itu bisa buat lebih fresh, makanya kalau aku lagi pusing sama kuliah sering pulang kampung buat nenangin pikiran menjauh dari Kota Pekanbaru :D

    ReplyDelete

Post a Comment