Gadis Cantik Itu

Saya masih ingat betul pada hari itu, hari senin semasa saya kelas satu SMA dulu, Tuhan pertama kali memperlihatkan betapa indahnya sepatu bidadari. Saat itu tepat pukul 07.00 para siswa siap mengikuti upacara bendera. Saya mempunyai kebiasaan melihat sepatu siswa lain saat mereka berbaris mengikuti upacara bendera. Entah mengapa, tapi asik saja kalau saya memperhatikan aneka ragam sepatu yang berjejer rapi, seperti berpola. Setelah 3 menitan bergerilya kesana kemari, mata saya terhenti pada sepatu berwarna hitam yang asing. 

Ini sepatunya siapa ya ?. Hati saya bertanya

Saya semakin penasaran, pandangan mata pun beranjak keatas. Terlihat sepasang jenjang kaki  putih mulus, dengan rok pendek 5 cm an diatas lutut. Seperti kecanduan, pandangan saya pun terus keatas sampai berjumpa dengan lambaian koloni rambut hitam pekat sebahu. Sayang sekali pandangan saya terhenti pada ujung kepalanya karena dia pendek, dan sayang sekali lagi saya tidak bisa melihat wajahnya karena saya dibelakangnya. Dia tepat 2 baris di depan, ini berarti dia siswi satu kelas dengan saya. Di SMA saya kalau upacara yang cewek di depan.

Tapi siapa ya ? perasaan tidak ada cewek sekelas yang sekinclong ini. Hati saya bertanya lagi.

♠♠Selesai upacara♠♠

"itu sapa, anak baru ya ?"

"iya, cantik ya tip." balas temen saya

"gak ah biasa ajah." jawab saya sok cool, padahal dalam hati cantik banget.

Dan setelah masuk kelas sepertinya saya berjodoh dengan dia. Saya yakin Tuhan merencanakan sesuatu karena dia duduk tepat didepan bangku saya. Ya namanya orang jatuh cinta, semua kebetulan pasti dijadikan alasan kita jodoh huehuehuehue.

"pluk" suara tangan mendarat mulus di punggungnya

"sorry, ada lalat." sapa saya seadanya saat wajah cantiknya menoleh

"gak papa kok." balas dia.

Mungkin kalau jaman itu sudah ada soundcloud, bakal saya rekam dan upload. Agar semua orang tau gimana perasaan saya saat dengar  suara merdunya bidadari bilang "gak papa kok".huehuehuehue

"anu, kamu anak baru kan ?"

"iya"

"nama kamu siapa ?"

"Intan"

"Intan ya"

"kalau aku latif anshori, panggil saja latif"

Sejak saat itu kami dekat, sekaligus jauh. Dekat karena kita sering ngobrol, jauh karena karena saya hanya bisa melihat punggungnya saja. Bahkan saat ada cowok lain ngajak ngobrol Intan saya tetap setia duduk dibelakangnya. Walaupun itu sakit, tapi saya merasa nyaman setiap hari melihat dia. 

Kelamaan di belakangnya, saya jadi lupa wajahnya, malah hafal suara kentut beserta baunya. Bagaimana saya tidak hafal, wong setiap hari ngobrolnya sama rambut,punggung, dan pantatnya.

Hari demi hari keadaan kelas semakin tidak kondusif. Peperangan saudara terjadi, cowok satu kelas saling berebut Intan tapi tak saling tikung, sedangkan cewek satu kelas iri pada kepopuleran Intan. Tapi tidak dengan saya, saya masih setia duduk diam setiap mendengar curhatan Intan tentang teman-teman sekelas yang bergantian nembak dia. 

Padahal sebenarnya waktu itu saya juga ikut perjanjian bersama teman-teman, bahwa kalau nembak Intan harus bergiliran berdasarkan nomor urut yang diambil. Kebetulan saya mendapatkan nomor urut buncit. Dengan adanya curhatan Intan yang tidak suka dengan cara teman-teman sekelas nembak dia, kemudian saya urung melakukan, saya lebih memilih memendam perasaan yang menggebu. Aku rapopo seng penting awakmu iso mesam-mesem lan ngguyu.

Nama Intan semakin menjadi perbincangan setiap lelaki satu sekolah. Bak seorang farah quin yang ditunggu jandanya. Tapi Intan tak bergeming, dia lebih memilih menolak satu persatu lelaki yang berusaha mendapatkannya. 

Saya sadar sudah terlambat untuk mengatakan perasaan saya, karena saingan semakin beragam, mulai dari muka sabun colek sampai muka sabun sinzui, mulai dari badan gendut sampai badan fitnesan. Semua memburu Intan. Mungkin prinsip kami (para lelaki) semua sama, sebelum Intan punya pacar, selama itu kami mengejar.

Dan benar, keteguhan hati Intan goyah, tak berapa lama kenaikan kelas II, Intan terlihat pulang dibonceng seorang cowok dari kelas lain. Hati kami (para lelaki) hancur lebur bak mendengar survei Cak Lontong. Dan keteguhan hati kami pun ikut goyah untuk mengejar Intan. Inilah akhirnya perjuangan kami.

Saya cuman bisa ngelus dada sambil bilang.

"oalah jadi gini ini yang namanya patah hati, sakit ya."

Saya melihat wajah-wajah pucat pasi tak percaya dari teman-teman di sekeliling saya. Ini lah tragedi di sekolahan saya yang patut dimasukkan dalam catatan sejarah patah hati massal terbanyak. Saya pun curiga kalau virus heartbleed yang akhir-akhir ini menyerang Android adalah virus buatan anak SMA saya dulu. hehehehe.

Sejak saat itu saya tak berbicara sama Intan sampai sekarang. Dan sekarang saya juga gak tau keberadaan Intan dimana. 

Jadi, kalau ada yang mengenal Intan, tolong bilangin ya, kalau ada teman SMA nya dulu yang lagi terjebak sesaat kenangan masa lalu. hehueuehueheuhue

bye bye.