flash fiction dalam puisi
kemarin malam saya baca-baca puisi karya Wiji Thukul pake gaya. Entah saking menghayatinya atau saking jeleknya, Ibu di samping saya bilang "ooh ancen wes gendeng". Dari situ saya semakin sadar, bahwa saya memang sudah gendeng hueheuheuheuhue.
sumber gambar: google |
Dari salah satu puisi karya Wiji Thukul yang saya baca, saya menemukan pemikiran yang menarik. Yaitu flash fiction dalam puisi. Sumpah saya enggak menyangka kalau Wiji Thukul bisa membuat puisi yang didalamnya ada flash fictionnya. Disengaja atau tidak, saya tidak tahu.
Kalau ditilik dari syarat-syarat flash fiction yang pernah saya baca di berbagai sumber. Saya yakin salah satu puisi Wiji Thukul ini memenuhi syarat.
Catatan Suram
kucing hitam jalan pelan
meloncat turun dari atap
tiga orang muncul dalam gelap
sembunyi menggenggam besi
kucing hitam jalan pelan-pelan
diikuti bayang-bayang
ketika sampai dimulut gang
tiga orang menggeram
melepaskan pukulan
bulan disaput awan meremang
saksikan perayaan kemiskinan
daging kucing pindah
ke perut orang!
Flash fiction harus mempunyai awal-tengah-akhir. Dan harus mempunyai setting, karakter, konflik, dan resolusi.
Syarat pertama flash fiction harus langsung dimulai dengan konflik. Tentu puisi diatas memiliki itu dengan kalimat "kucing hitam jalan pelan meloncat dari atap, tiga orang muncul dalam gelap menggenggam besi". Yang menggambarkan tidak ada awalan yang bertele-tele.
Syarat ketiga harus ada akhiran yang jelas dan mengejutkan, yang artinya dalam flash fiction tidak boleh ada akhir cerita yang mengambang, cerita harus tuntas dan anti klimaks dengan apa yang dipikirkan pembaca atau bisa disebut twist. Saya rasa puisi diatas memiliki akhir cerita yang tuntas dengan kalimat "daging kucing pindah ke perut orang". Dan mengejutkan, karena saya pada awalnya berpikir kalau tiga orang tersebut saling bunuh. Ternyata mereka dari awal mengincar kucing tersebut.
Kalau setting dan karakter saya rasa sudah jelas tergambar saat kita membaca puisi diatas yaitu settingnya "dijalan yang gelap" dan karakternya "tiga orang, dan kucing".
Bagaimana men ?.
Kebetulan ?
atau memang direncanakan ?
atau saya memang sudah gendeng yang menghubung-hubungkan yang sebenarnya tidak berhubungan ?
huehueheuhue.
Tapi satu yang pasti, yaitu persepsi orang dalam memandang atau mengartikan arti seni (puisi, lukisan, patung, dll.) itu berbeda-beda. Jadi saya rasa wajar jika ada yang tidak sependapat dengan saya. hehehuehuehuehuehue.
bye bye.
analisisnya luar biasa bang....asli...kayak ahli banget gitu....yang jadi sorotan wijhi tukul..orang ini salah satu inspirasi besar untuk seniman puisi saat ini...sayangnya ia harus hilang dari peredaran
ReplyDeletekunjungan sore gan, d tunggu kunjungan balikx d blog ane
ReplyDeletesleepers.heck.in
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete