Mukenah Untuk Ayah
yuhu.... men.
kali ini gue mau membagi cerpen gue yang sebenarnya dibuat untuk lomba proyek menulis di @nulisbuku, nah berhubung cerpen absurd gue ini gak lolos seleksi, ya jadinya gue post ajah di blog gue tercinta ini, sayangkan kalau cerpen seabsurd ini menjadi penghuni draft saja, kali ajah ada sutradara yang baca terus dijadiin film. hahahahahha. okelah langsung ajah baca. jeng jeng jeng.
MUKENAH UNTUK AYAH
Bandung……..
Bunyi Jam
dinding membangunkan lamunan Krisna, waktu sudah menunjukkan tengah
malam.Pikiran Krisna beberapa hari ini terusik oleh surat wasiat
mendiang neneknya yang mengatakan bahwa Ibunya Krisna masih hidup, dalam
surat wasiat itu juga menjelaskan jika Ibu Krisna tinggal di lereng
gunung Penanggungan, tidak jauhdari kota Surabaya.
Aku harus kesana menemui mereka, meminta maaf ke mereka sebelum bulan Ramadhan ini, tekad Krisna dalam hati. Dia memaksa untuk memejamkan mata.
Keesokan paginya Krisna mengemasi barang-barangnya, dia berencana
pergi diam-diam tanpa sepengetahuan pamannya yang selama
ini membesarkannya. Krisna sejak kecil dirawat oleh paman dan neneknya,
sepeninggal neneknya maka pamannya lah satu-satunya yang mengurusnya.
Pandangannya tertuju
ke celengan ayam yang terbuat dari tanah liat, inilah harta satu-satunya
yang bisa membekali perjalanan Krisna menuju Surabaya.
Tangannya mengelus-elus celengan ayam sembari bicara sendiri.
“Hai ayam, terimakasih ya sudah mengijinkan perutnya aku pinjam
buat nabung, terima kasih juga selama ini menemani aku tidur, sekaranglah
saatnya kamu merelakan isi perutmu aku ambil”.
“pyar” Suara
celengan ayam menghantam lantai, Krisna dengan cepat memungut uang-uang
yang berhamburan ke segala sudut kamarnya. Matanya berbinar-binar melihat
setumpuk uang yang berada ditangannya.
“dua ribu …, dua
puluh ribu …., dan ini yang terakhir, dua ratus ribu ...”.Setelah
selesai menghitung uang celengannya Ia segera keluar dari rumah.
Pagi itu hari cerah sekali, seakan langitpun merestui perjalanan Krisna
mencari Ibunya kicauan burung terdengar merdu mengiringi langkah kaki
Krisna menuju Stasiun. Secarik kertas lusuh bertulsikan alamat rumah Ibu
digenggamnya dengan penuh semangat, semangat bertemu Ibu kandungnya.
**Stasiun Bandung, pukul 10.00
Hiruk-pikuk khas suasana stasiun menyambut langkah gontai
Krisna,tangisan anak kecil yang minta dibelikan mainan pada ibunya,
suara pedagang asongan yang menawarkan dagangannya, dan pemberitahuan
petugas dari speaker stasiun, terdengar jelas di telinga Krisna.
“pak, 1 tiket kereta ekonomi tujuan ke Surabaya ya.” Krisna menyodorkan
uang 27 ribu terdiri dari beberapa uang kertas dan beberapa
uang recehan kepada penjaga loket stasiun.
“wah maaf mas, tiket tujuan Surabaya yang ekonomi habis” Penjaga loket mengembalikan uang Krisna.
“ya masa habis pak, coba dicek lagi”
“beneran mas, sudah habis”
Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara cewek “hahaha masih jaman ya beli tiket pakek uang recehan ?”.
“serah gue dong.” Krisna ketus, mengambil uang dari penjaga loket kemudian pergi tanpa menoleh kearah cewek tadi.
“ih ngambek ya, udah item ngambekan.” Iatetap membuntuti Krisna
“biar gue item, gue jelek, gue gak peduli,yang penting gue hidup.” Krisna menjawab ketus lagi.
“huh, yaudah gue minta maaf, kenalin gue Kirana.” Ia menyodorkan tangan
mulusnya. Tetapi Krisna mengabaikan “Gue gak punya uang, jadi percuma
nipu gue.”
“masa cantik-cantik gini nipu sih ?”Kirana menarik tangannya yang diabaikan Krisna.
“yang berdasi ajah bisa nipu, jamansekarang gak peduli cantik atau jelek, semuanya bisa jadi penipu.” Tegas Krisna.
“iya iya, tapi beneran gue bukan penipu” Kirana memelas, sambil
menunjukkan dua jarinya membentuk huruf V. Kirana merogoh tas kemudian
meyodorkan 2 lembar tiket “kalau mau ini ada tiket ke Surabaya.”.
“gue gak punya uang buat bayar tiket kelasbisnis”
“tenang, ini gratis kok” Kirana sejenak berhenti “tadi ada temen nitip
tapi gak jadi, daripada kebuang mending buatkamu ajah”.
Krisna akhirnya menerima tiket pemberian Kirana, mereka berdua naik
kereta yang sama, tempat dudukpun bersebelahan, setelah beberapa
percakapan mereka kelihatan akrab, Krisna dan Kirana memulai
perjalanannya menuju Surabaya. Ternyata Kirana hanya kuliah dibandung, Ia
ke Surabaya untuk menjenguk Ayahnya yang sedang sakit, tetapi ia tak mau
menjelaskan dimana tempat Ayahnya dirawat.
Surabaya……….
Krisna dan
Kirana berpisah di stasiun Wonokromo Surabaya, Kirana yang beberapa
kali keSurabaya sudah tidak asing lagi dengan suasana Surabaya, dia juga
sudah hafal harus kemana. Berbeda dengan Krisna mencoba bertanya ke
beberapa pedagang yangada di stasiun, jika kearah gunung penanggungan
harus naik apa saja. Krisna sempat bingung dengan bahasa orang Surabaya
yang cenderung kasar. Setelah dicatatkan ke arah mana dan naik apa oleh
salah satu pedagang, Krisna akhirnya naik Bison untuk menuju arah
pandaan. Setelah 2 jam perjalanan Krisna dibangunkan oleh kenek bison
yang ditumpanginya.
“mas, mas , sudah nyampe terminal pandaan”
“sudah sampe ya pak?” Krisna mengucekmatanya.
“iya, nanti mas nyebrang kearah sana,terus naik mobil carry plat kuning mas.”
“oh, terimakasih ya pak.”
Krisna kemudian turun dari mobil bison menuju kearah sebrang jalan yang
ditunjuk oleh kenek tadi. Sesampainya disebrang jalan, Krisna melihat
sebuah toko mukenah, kebetulan ada toko mukenah, oleh-oleh buat ibu bisa dibuat sholat,kata
Krisna dalam hati. Krisna memilih beberapa mukenah yang menurutnya
bagus,tapi karena uang yang Ia punya tak cukup, beberapa kali juga Ia
mengurungkan niatnya. Sampai Ia melihat mukenah yang di pajang di etalase
dengan tulisan diskon 50%.
“mbak yang ini diskon 50% ya? jadinya berapa?”
“ini harganya 250 ribu mas, setelah didiskon jadinya 125 ribu mas”.
“100 ribu ajah boleh ya mbak?”
“gaboleh mas, kan udah di diskon, masa ditawar lagi.”
Krisna sudah terlanjur membayangkan mukenah itu dipakai Ibunya, betapa cantiknya beliau.
“yaudah deh mbak, sekalian bungkus yang bagus ya, soalnya buat Ibu.”
“beres mas.”
Krisna keluar dari tokoh dengan perasaan ceria, Dia sudah tidak sabar
bertemu dengan Ibunya, memberikan mukenah yang digenggamnya. Krisna
melangkahkan kakinya menuju deretan mobil carry berjajar rapi yang siap
mengantarkannya menuju alamat Ibunya.
***
Lereng Gunung Penanggungan……….
Krisna berdiri di sebuah gang,tangan kirinya menenteng bungkusan,
sedangkan tas ransel meringkuk di punggung kurusnya. Krisna menatap
langit dalam-dalam, menata hatinya untuk pertama kalinya bertemu Ibunya.
Ada sebercik rasa ragu dalam diri Krisna, apakah Ibunya menerima dengan
tangan terbuka, atau malah tak mengakuinya. Dia memantap kanhati berjalan
menuju gang didepannya.
Langkah Krisna terhenti di
sebuahrumah nomor 25, persis seperti alamat yang bertuliskan di kertas
yang digenggamnya. Tanpa ragu dia masuk kerumah tersebut, terbaring
wanita separuh baya tertidur di kasur.
“permisi, apakah benar ini rumahnya Ibu Rini?”
“iya benar, adek siapa ya?”
“saya Krisna anaknya”
Air mata sang Ibu tak terbendung mendengar perkataan Krisna. Krisna
langsung memeluk Ibunya, mereka terhanyut perasaan masing-masing, mereka
sama-sama rindu.
Suara Krisna memecah keheningan “ini akubawa hadiah untukmu buat Bulan Ramadhan .”
Ibu Krisna perlahan membuka bungkus hadiah Krisna, “deg” hati
beliau bergetar melihat mukenah ditangannya, raut wajahnya mendadak
berubah. Krisna bingung apaada yang salah ?, ia mencoba memastikan,
memandang dalam-dalam wajah Ibunya, gak ada yang salah. Krisna
mematung terperangkap kedalam pertanyaan-pertanyaan yang ada di
kepalanya, sampai sesosok cewek keluar dari balik tirai ruang tamu.
Krisna terkejut.
“Ki….ki…….ra….na…”.
“krisna,……., kenapa ada disini?”.
“ini rumah Ibuku yang aku cari selama ini,kamu sendiri disini ngapain ? ”
Kirana buru-buru menarik tangan Krisnamenjauh dari ruang tamu. “Ini
adalah rumah Ayahku yang aku ceritakan waktu di kereta.”
Krisna bingung dengan penjelasan Kirana
“maksudnya? Ibuku nikah sama Ayahmu?”.
“bukan”
“trus apa?”
“didalam itu sebenarnya Ayahmu dan Ayahku,bukan Ibumu.”
“deg”, Krisna terkejut (lagi) denganperkataan Kirana, begitu banyak
kejutan tak terduga bagi Krisna. Krisna mencoba menebak “jadi kita adalah
saudara ?, dan didalam itu Ayah kita?”.
Kirana
tersenyum, ia senang Krisna mengerti apa yang ia maksud. Kirana
menceritakan kepada Krisna apa yang diceritakan oleh Ayahnya, jika Ia
mempunyai kakak yang tinggal dibandung, tapiia pun tak menyangka jika
kakaknya adalah Krisna. Kirana juga menceritakan kalau Ibu mereka
meninggal sewaktu melahirkan Kirana, sedangkan Ayah merekaadalah seorang
banci. Karena Ayahnya seorang banci Itulah yang menyebabkan Ayah dan
Ibunya meninggalkan Krisna untuk tinggal dilereng gunung penanggungan.
Mendengar cerita Kirana, Krisna memeluk Kirana erat-erat, “jadi
aku memberikan mukenah untuk ayahku, jadi aku mempunyai adik yang begitu
cantik. ini kejutan yang luar biasa dari Allah sebelum bulan Ramadhan, ”. Ternyata “Ibu” yangdimaksud nenek adalah “Ayah”.
-END-
ini ceritanya mendramatisir banget jadi ketemu saudara sendiri ceritanya okee ....
ReplyDeletelagi dong lagi kak, pengen baca lagi..
ReplyDeletelanjutkan ya kak :)
tiap dialog usahain pake double enter aja tip...jadi nggak nggabung2 kayak gitu tulisannya...
ReplyDeleteceritanya cocok buat sinetron2 hidayah gitu nih...hahaha
baca judulnya gue langsung terenyuh. mungkin kalo ini di baca sama sutradara sinetron TBNH, bisa jadi next project sinetron religi nih. coba aja ajuin bang Latif....
ReplyDeletejalan2 kesini yaa bang :D
Nyunyu Website Anak Muda yang Seru nya Gak Terkira
wih, udah kayak novel professional aja ada keterangan tempatnya.. tapi bukannya nulisbuku itu self publishing ya? kok bisa nggak lolos sih? padahal menurutku udah bagus kok..
ReplyDeletePantes bang di tolak, masih banyak yang salahnya, terutama apa yang di bilang sama Miftah.. Dan tambahan dari gue sih, tanda bacanya kurang jelas.. Kaya yg di kalimat 'Krisna mencari ibunya kicauan burung....' Harusnya ada titik di depan kicauan dan huruf kapital pastinya.. Segitu ajah dari gue bang..
ReplyDeleteItu bokapnya banci, absurd amat.. -_-
Sebenernya endingnya udah kampret kalo ternyata bapaknya banci. Kejutannya dapet tuh. Cuma kalo emang tulisan ini diikutkan buat lomba gitu, ada baiknya jangan terburu2, abis nulis, baca sambil edit, sampe berulang-ulang. Buat meminimalkan typo juga, biar enak dibaca.
ReplyDeleteTetep semangat nulis broh!
ini buat lomba kan? untuk cerita keren kok, tapi untuk segi penulisan masih banyak yang kurang, masih ada typo, terus susunan paragraf masih agak berantakan. sukses yaaa :))
ReplyDeletewkwkwkwkwkw awalnya aku ngira ini ceritanya tentang mukena peninggalan atau warisan atau semacamnya. Ehh gataunya mukenanya buat ayahnya -_- transgender pula, dan yang bikin ngakak adalah saat Krisna dan Kirana pelukan seneng saat tau ayahnya banci, sumpeh mereka bener-bener sukses jadi manusia yang paling salah gaul -_-
ReplyDeletehaha jebret ceritanya absurd banget ayahnya jadi banci wkwk gak nyangka >.< oh ya untuk percakapan yg terakhir gue rada bingung maksudnya krisna dan kirana. apa gue yg gagal mencerna ya ? --
ReplyDeleteakhirnya absurd banget..cuman kalo gue boleh nilai yak, kurang smooth aja gitu endingnya yang ngasih tau klo trnyata ibu adalah seorang ayah gitu..udah gituu kurang dramatis kalo emng si Krisna belum pernah ktmu ibunya gituuu...trus apa dia nggak ngambek ditinggalin?? apa aku bacanya terlalu pake perasaan apa yak?? hehehe...
ReplyDeletetapi idenya orisinil dah! bagus!
gue sepakat, pantesan gak menang lomba nih tulisan. hahaa. Tapi kalo elo banyak belajar, gak ada yang gak mungkin bang :')
ReplyDelete