Neng Godain Kita Dong

Dear blog tercinta, hari ini gue menyelesaikan administrasi buat wisuda, kalau di ibaratkan perang, hari ini adalah saat seorang prajurit menusuk lawan terakhirnya dan berkata "akulah pemenangnya". Ya, perjuangan gue selama 5 tahun akan terbayar dengan pemberian penghargaan di singgasana yaitu wisuda. Suka duka selama 5 tahun akan terbayar dengan bertambahnya gerbong huruf dibelakang nama. Bentar-bentar Kenapa 5 tahun tip? Ya biar kayak presiden. *ngeles*.

Terlalu dini memang jika sekarang gue udah membayangkan apa yang terjadi di wisuda nantinya, betapa bangga orang tua gue yang melihat anaknya lulus S1 sedangkan mereka hanya tamatan SD, betapa bangga keluarga gue karena bertambah 1 anggota keluarganya bertitle sarjana. Hehehe enggak salahkan men, gue udah berandai-andai ? . Gue memang sadar sebenarnya ini baru dimulai, perjuangan sebenarnya adalah saat di dunia nyata, tidak ada tembok yang membatasi kita. Tidak ada almamater yang kita andalkan, dan tidak ada drama percintaan dikantin tentunya. Mhuahua.

oke cukup seriusnya. Nah saat gue lagi nunggu staff yang lagi makan siang, gue duduk-duduk di gedung A1, di gedung A1 ini sarangnya cewek-cewek berbody triplek bermetamorfosa menjadi cewek-cewek berbody julia perez. Dan ini adalah saatnya calon playboy mengamati, cewek mana yang menjadi target operasi. Huehue.

bukan, bukannya gue cabul men. Ini namanya usaha. Usaha menjadi playboy sejati.

Disaat gue duduk sambil ngelipat kaki, gue ditegur sama cewek berbodi jupe yang kebetulan lewat. "itu cewek apa cowok, duduknya ngondek". Gue gak terima, gue sindir balik "itu habis berapa busa, bempernya menggoda". Gue baru sadar, itu kalimat yang terlarang dikatakan ke cewek. Pipi kiri gue ditampar "prak" gue teriak "aaahh", pipi kanan gue dijotos "jedug" gue teriak "aduhh", dan bibir gue dicium "muach" gue teriak "terusin mbak". Hahahaha enggak. Becanda.

Kadang gue enggak ngerti sama fikiran cewek, seenaknya nggoda, digoda malah marah. Dia langsung ngambek lalu pergi. Eh kampret padahal gue belum minta no hape men. Gakpapa, emang biasanya percobaan pertama itu gagal. Pelajaran pertama : jangan menyebut busa didepan cewek. Cewek sensitif dengan benda yang satu ini.

Lalu lewat gadis polos, kalo diliat dari mukanya sih masih semester 2 an. Soalnya belum terkontaminasi radiasi skripsi dan kejombloan mahasiswa unesa sih hehehe. Ya kemungkinan 1 taunan lah dia jomblo. Gue pura-pura capek, gue majuin kaki sampe ngalangin jalannya. Tapi. . . . . . "krenyes" cewek emang kampret, bukannya berhenti malah kaki gue diinjek. Ancrit kan men. Gue gak terima dong, gue tegur dia "mbak kalo jalan liat dong", dengan santainya dia bilang, tuh baca "saat duduk dilarang menjulurkan kaki, keinjek tanggung sendiri". Gue cuman bisa bilang lirih "oh, ya ya, tapi minta no hape dong" sambil liat dia pergi menjauh. Gakpapa percobaan kedua gagal. Wajar. Pelajaran kedua: injakan kaki cewek berbanding terbalik dengan muka polosnya. Sakit men.

Kemudian segerombolan cewek berjilbab lewat, gue berfikir keras. Gue gak boleh membuat kesalahan lagi, gak ngebayangin kan ditampar dan diinjek cewek se RT gitu?. Pokoknya gak boleh ada kata busa dan menjulurkan kaki. Berdasarkan pengalaman tadi, gue sapa dengan elegan "mau ke pengajian ya neng?", perasaan gue gak enak. Semua mata mereka tertuju ke gue lalu serentak teriak "mau ngusir kamu maaaas". Eh . . .kampret salah gue apa ??!! Gue langsung lari. Setelah gue teliti ternyata mereka adalah teman-teman dari dua cewek yang gue goda tadi. Ancrit banget. . Gak papa semua percobaan gagal. Yang penting gue selamat dari cewek-cewek khilaf. 

Pelajaran penting: cewek-cewek berjilbab bergerombol gak mesti ke pengajian.

yaudah sampe sini dulu ya, capek, mau pulang. Bye.