BUKAN DEALOVA
hai men ini gue lagi ikut lomba , lagi dan lagi bingung nentuin
endingnya,, jadi gini sekarang ada lomba cerpen berantai, awal cerita
dan tokohnya ditentukan mbak2 panitianya, jadi kita nerusin ceritanya,,,
ini awal ceritanya
Dulu aku pikir aku menyukainya..
dia yang dengan gagahnya selalu berlari
berlari jauh di lapangan basket untuk mencetak angka
berlari jauh untuk mencapai impiannya
impian menjadi seorang pemain basket profesional
hingga aku sulit menjangkaunya
dulu… ya.. itu dulu…
hingga aku bertemu dengan ‘dia’
“Kyaaa…. Darrel kau tampan sekali…” teriak salah satu siswi di sekolahku.
“Benar… Darrel selalu mempesona. aku semakin suka!” ucap salah satu siswi lagi.
Mereka
itu adalah sekelompok siswi norak yang mengaku sebagai fans berat
Darrel , siswa laki-laki di kelas 3A, kelasku sekarang. setiap jam
istirahat mereka selalu ke kelasku dan berteriak tidak jelas.
Rasanya
aku ingin sekali berkata, Hai gadis-gadis norak! Berhentilah
mengganggu Darrelku! Dia itu ingin menikmati jam istirahatnya seperti
siswa yang lain. Dasar gadis-gadis tidak berperasaan!
Andai saja
kata-kata itu bisa keluar dengan mulus dari mulutku, pasti setiap hari
mereka tidak akan datang ke kelasku ini dan aku yakin Darrel tidak akan
merasa terganggu dengan suara berisik dari gadis-gadis tidak jelas
itu.
BRUK!
Aku mendengar suara meja yang dipukul keras. Kulihat Darrel sedang berdiri sambil menundukkan kepalanya.
“Maaf.” ucapnya dan suasana menjadi hening.
“Maaf. Aku lelah dan ingin istirahat.” tambah Darrel dengan santun tapi tegas.
“Oh. Begitu ya, Darrel.” ucap salah seorang sisiwi.
“Baiklah teman-teman. Kalian dengarkan, Darrel ingin istirahat. Ayo kita pergi.” ucap salah seorang lagi.
“Daa.. Darrel kami akan kembali lagi besok.”
Ah. Rasakan. Hihi.
Kini
aku melihat ke arah Darrel. Tak dapat dipungkiri, pesona Darrel memang
sungguh luar biasa. Dia kini telah berubah menjadi laki-laki tinggi,
tampan, cerdas, dan yang paling membuat para gadis berteriak adalah
kepiawaiannya dalam memasukkan angka saat pertandingan basket. Sungguh
luar biasa.
Namun tidak banyak yang tahu tentang penyakit jantung
yang ia derita semenjak ia masih kecil. Walaupun dia adalah kapten tim
basket di sekolahku, dia hanya diperbolehkan bermain pada sepuluh menit
terakhir karena penyakit jantungnya itu.
Aku-secara diam-diam
juga mengaguminya. Melihatnya saat berlatih ataupun saat dia sedang
serius belajar membuatku ingin terus bersama dengannya.
Mataku
terus memandang sosok pria yang sudah mulai beranjak dewasa di bangku
sebelahku ini. Tiba-tiba dia beralih memandangku. Mata kami bertemu.
Oh tidak! Jangan sampai dia tahu kalau aku sedang memperhatikannya
sekarang.
“Serra.” Dia memanggil namaku.
“Ya. Ada apa, Darrel?” Jawabku sebiasa mungkin.
“Bisa aku minta bantuanmu?”
“Ah. Bantuan apa? Jika aku bisa aku akan membantumu.” jawabku dengan senyuman tulus.
“Bisakah kau membantuku menghindari mereka-mereka yang tadi?”
Eh?
“Bisa kan?” tanyanya memastikan.
“Baiklah. Aku akan coba.”
nah setelah gue puasa tujuh ahru tujuh malam gue dapet ide terusannya kayak gini
“makasih sudah membantu aku” dengan senyuman khasnya yang bikin hati wanita luluh.
Keesokan
harinya sebelum bel masuk berbunyi Darrel mendatangi bangku yang tiap
hari aku duduki ini, “serr, masih inget yang kemarin kan ???”
“kemarin yang mana rel ??” tanyaku pura-pura lupa.
“ kemarin kamu janji membantu aku untuk menghindar dari gangguan cewek-cewek kelas sebelah”.
“oh yang itu, ya aku ingat rel”.
“aku
punya rencana ser, kita pura-pura jadian gimana??” pertanyaan yang
membuatku lemas, cewek mana yang tidak mau sama Darrel, walaupun tidak
pura-pura akupun mau kok rel dengan suka rela jawabku dalam hati.
“ser, kok bengong ? gimana ?” dia teriak di tengah-tengah lamunanku yang indah.
“ya.. ya.. mau kok rel, ide yang bagus” jawabku dengan nada gugup.
Bel
masuk berbunyi, Darrel dengan raut wajah yang menunjukkan kelegaannya
kembali ke bangku sebelah, mungkin dia lega karena hari-harinya tidak
akan ada cewek-cewek yang mengganggu lagi, tapi entah kenapa perasaanku
campur aduk, padahal ini kan cuman pura-pura, tidak bisa dipungkiri aku
memang mengharapkan dia menjadi pacarku secara nyata tidak ada kata
pura-pura, tapi nyatanya kan aku hanya sebagai sandiwaranya, perasaanku
semakin tak karuan. Aku tak menghiraukan guru matematika yang sedang
menerangkan didepan kelas, aku terus asyik bermain dengan pengandaianku,
sesekali aku pandang Darrel yang sedang serius menyimak guru.
Tidak
terasa pelajaran matematika yang biasanya membosankan dan lama menjadi
sangat asyik dan cepat, bukan karena pelajarannya tapi karena aku
melamun sambil melihat pacar tidak nyataku itu.
Bel istirahatpun berbunyi.
“serr, ke kantin yuk ?” Darrel mengajakku.
“tapi rel…….. ” aku masih belum percaya cowok idola sekolah mengajak cewek cupu kayak aku.
“sudah ayuk, aku traktir tanda terima kasihku” ajak Darrel sambil tersenyum.
Akhirnya
akupun mau ikuti ajakan dia, kita berjalan beriringan menuju kantin,
sepanjang perjalanan kekantin semua anak yang melihat kita terkejut dan
bengong, mungkin mereka berfikir sedang bermimpi melihat darrel jalan
sama aku.
Sesampainya di kantin darrel mencarikan tempat duduk dan bertanya “kamu mau makan apa ser ??”, aku bagaikan seorang ratu yang sedang dimanjakan oleh rajanya. “makan siomay saja rel” jawabku. “oke,
tunggu ya aku pesenin dulu” dia berkata sambil berlari ke arah tempat
bu Mahmud yang terkenal dengan siomay bakarnya. Oh darrel, selain tampan
kamu juga sangat pengertian terhadap cewek, pantesan banyak cewek yang
mengejarmu.
Dari kejauhan aku melihat Darrel sedang antri dan
tiba-tiba ada dua cewek datang nyamperin dia, mereka berbincang-bincang,
tidak lama kemudian darrel melambaikan tangannya ke arahku sebagai
tanda memanggilku, aku bertanya dalam hati kenapa darrel memanggilku,
akupun beranjak dari tempat dudukku dan berjalan ke darrel.
“ dev, nad, ini serra kenalin cewekku” aku kaget, darrel memperkenalkanku pada 2 cewek itu.
“serra” aku memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan ke mereka berdua.
“devi” , “nadia”, mereka menjawab dengan nada yang seakan iri padaku.
“sudah
lama jalan sama darrel ?” nadia bertanya kepadaku dengan raut wajah
yang judes. Aku bingung mau jawab apa, kita kan cuman pura-pura, aku
juga takut salah jawab dan berakibat pada rencana darrel akan gagal.
“sudah
1 bulan” darrel menyela diantara perbincangan aku dan nadia, padahal
kan baru tadi, untung darrel mengerti aku yang sedang bingung dengan
pertanyaan nadia.
“owh, sudah lumayan ya” jawab nadia lagi-lagi dengan nada yang iri.
“darrel ini siomaynya sudah jadi” suara bu Mahmud memecah suasana kantin yang panas.
“ya buk” jawab darrel.
“nad, dev, sudah dulu ya kita mau makan ni” darrel berpamitan pada mereka berdua.
Setelah
hari itu aku jadi tahu, bukan hanya cewek kelas sebelah yang mengejar
darrel tapi seluruh cewek yang ada di sekolah ini, aku semakin minder
buat jadi pacar nyatanya darrel, mana mungkin dia mau sama aku, dia mau
kan cuman pura-pura, semenjak itu aku berusaha melupakan mimpiku menjadi
pacarnya darrel dan semenjak hari itu pula satu sekolahan menganggap
aku dan darrel berpacaran, sudah tidak ada yang mengganggu darrel lagi.
****
*2 bulan kemudian*
Waktu
terus berjalan, aku dan darrel semakin dekat, walaupun ada kata
pura-pura tapi darrel seakan menikmati semua yang kita lakukan selama
ini, makan bareng, nonton bioskop, ke tempat wisata, berangkat dan
pulang sekolahpun dia menjemputku, aku bingung apakah dia sebenarnya
juga sayang sama aku ?? tapi aku selalu menjaga perasaanku agar tidak
terlalu dalam mencintai darrel sehingga suatu saat jika darrel
memutuskan untuk menyudahi sandiwara ini aku tidak begitu tersakiti.
“kita
Cuma main-main jangan pikir lain-lain apalagi jadi pacarku gak mungkin”
nada dering di handphoneku berbunyi, ya memang nada deringku lagu
tipe-x itu seakan sebagai pengingatku bahwa aku dan darrel Cuma
main-main, ku raih handphoneku lalu ku angkat, darrel yang meneleponku.
“hallo”
“ya darrel, ada apa?” jawabku.
“besok tau gak serr hari apa ?”
“gak
tau rel, emang hari apa ?” jawabku sambil berfikir, hari ulang tahun ku
bukan, ulang tahun dia juga bukan, hari apa ya? Membuatku penasaran.
“yah lupa ya ??”, dilihat dari nada bicaranya darrel kecewa, semakin membuatku penasaran.
“hari apa rel? jangan bikin aku penasaran”, tanyaku penasaran.
“hehehe…
sudah lupakan saja ya serr, bukan hari apa-apa kok..” darrel
kelihatannya kecewa berat sama aku, tapi aku benar-benar gak tau
apa-apa.
“aku beneran gak tahu rel, kasih tau dong” suaraku semakin tinggi.
“enggak kok serr, eh, sudah ngerjain PR fisika belum??” darrel seakan mengalihkan pembicaraan kita.
Ada
yang aneh sama darrel, tidak seperti biasanya dia tidak memberitahuku
dan membuat penasaran seperti ini. Ah mungkin cuman perasaanku saja,
besok sajah aku tanyakan secara langsung ke dia waktu di kelas fikirku.
Keesokan
harinya semakin ada yang aneh, ada sms dari darrel memberitahukan bahwa
dia tidak bisa menjemput aku hari ini, apakah mungkin dia marah sama
aku karena kemarin? Pertanyaan yang muncul di hatiku, aku berangkat ke
sekolah dengan membawa segudang pertanyaan.
Sesampainya disekolah
aku melihat bangku darrel masih kosong, aku tanyakan pada teman
sebangkunya kata dia darrel tidak ngasih tahu apa-apa ke dia. Hari ini
membuatku kacau aku khawatir sama darrel, aku menunggu sampai istirahat
sekolah kalau dia belum datang aku akan menelponnya.
Benar ada
yang tidak beres sama darrel, sudah waktunya istirahat tapi bangku dia
masih kosong, sudah saatnya aku menelpon dia. “tut.. tut.tut..” Cuma
nada itu yang aku dengar walaupun beberapa kali aku memencet tombol
panggilan, ayo darrel angkat…., aku berteriak kecil, tidak ada hasilnya
tidak ada yang mengangkat. Pulang sekolah aku memutuskan kerumahnya.
***
Sesampai
di rumahnya darrel aku hanya melihat rumah yang begitu besar, halaman
yang luas dan bola basket disudut pagar, tanpa ada seorangpun yang
terlihat, aku memencet bel rumahnya beberapa kali, lalu ada seorang
nenek-nenek yang keluar dari balik pintu rumahnya, dengan nada lirih
beliau bertanya,
“cari siapa dek ?”
“darrelnya ada nek?” jawabku khawatir.
“adek
temennya mas darrel?, masuk dulu dek”, kekhawatiranku mulai mencair,
nenek ini menyuruhku masuk kemungkinan darrel ada dirumah.
Ruang
tamu nya begitu besar mungkin sebesar rumahku, ada banyak perabotan
mahal disini,tapi bukan itu yang membuatku terkesan, melainkan beberapa
piala yang ada di lemari kaca itu.
“silahkan duduk dek” kata nenek tersebut.
“nek, darrelnya mana?” tanyaku lagi.
“adek belum dikasih tahu sama mas darrel ya? sebenarnya mas darrel hari ini operasi dek”.
“loh, emang operasi apa nek ?” aku sangat terkejut, selama ini aku lupa kalau darrel punya penyakit jantung.
“operasi jantung buatan dek, jantung mas darrel sudah tidak bisa bekerja” jawab nenek sambil menitihkan air mata.
Saat
itu juga aku menangis sesenggukkan, aku terlena oleh perhatian darrel
sehingga aku lupa memberikan perhatian ke dia, mungkin kemarin darrel
minta doa ke aku tapi aku lupa.
“sudah dek jangan nangis, berdoa aja dek” kata nenek sambil mengelus kepalaku.
“aku minta tempat operasinya nek, aku mau kesana”
“biar diantar sama sopir aja ya dek, badan kamu lemas gitu” nenek mengkhawatirkan keadaanku yang lemas.
***
Aku
lihat banyak orang hilir mudik, rumah sakit memang tempat paling sibuk
di dunia ini, aku berjalan di lorong menuju kamar darrel, Cuma aku yang
memakai seragam sekolah, disana aku lihat beberapa keluarga darrel,
ayah, ibu, dan adik darrel sedang cemas duduk di depan kamar darrel,
kami saling memperkenalkan.
“ buk bagaimana keadaan darrel ?” tanyaku khawatir.
“operasinya lancar tapi dia masih kritis” jawab beliau dengan raut muka sedih.
“kamu kak serra ya?kak darrel sering cerita tentang kakak ke aku” Tanya adiknya darrel.
“oh ya cerita tentang apa dek?”.
“cerita
semua tentang kakak, kakak pacarnya kak darrel kan ?” aku kaget,
ternyata darrel menceritakan semua ke keluarganya, dan mereka
menganggapku sebagai pacarnya darrel tanpa pura-pura.
“i…. i….ya “ jawabku gugup.
Waktu
sudah beranjak malam, tapi suasana di ruang tunggu masih cemas, dokter
belum keluar dari kamar darrel , karena melihatku masih memakai seragam
sekolah dan wajahku yang letih mamanya darrel menyuruhku pulang dan
kembali besok, dengan berat hati aku meninggalkan rumah sakit.
Keesokan
harinya sepulang sekolah aku kerumah sakit lagi, kali ini sudah tidak
tampak lagi kecemasan di raut wajah keluarga darrel, mereka
mempersilahkanku masuk, dengan nafas yang tidak beraturan kubuka pintu
kamarnya, kulihat sesosok pacar tidak nyataku tergolek lemah dengan
infus yang menancap di tangannya, kuperlahan mendekatinya, aku takut dia
bangun, kulihat wajah yang polos ,
“serra” namaku yang terucap dari darrel walaupun matanya masih terpejam tapi dia tahu aku ada disini,
“iya darrel” jawabku pelan,
“hehehe” dia tersenyum seakan tidak terjadi apa-apa dan seakan tidak tahu betapa khawatirnya orang-orang yang menyayanginya,
“maaf ya sudah bikin khawatir” aku tersenyum kecil mendengar ucapan dia.
“kamu jahat” balasku manja.
“sebenarnya
aku kemarin mau bilang, tapi aku takut kamu malah khawatir dan
pelajaranmu terganggu, jadi aku memutuskan untuk diam, tapi kamu yang
mencariku jadi ketahuan deh, hehehe….” Dia tersenyum lagi.
ku
dekatkan kursiku lalu ku genggam tangannya, dalam hati aku berkata aku
sayang kamu rel, seakan darrel bisa mendengarnya dia berkata dengan
lirih “I LOVE U SERRA”, hah? Airmata kebahagiaan yang kusimpan selama
ini akhirnya jatuh juga, aku menangis bahagia karena pacar sandiwaraku
mengatakan i love u ke aku, “I love u too” jawabku dengan hati yang
tersenyum, tanpa acara penembakan hari itu adalah hari jadi kita.
Darrel
sekarang dengan jantung yang baru dan membawa semangat baru, meskipun
dia sudah tidak boleh main basket lagi. Aku disini akan menjagamu selalu
darrel, kata-kata itu yang aku ukir di hatiku.
_END
Comments
Post a Comment